Kutanyakan kepada dia.
Siapakah dirimu ini?
Mengapa kau menghampiriku?
Dan mengapa kau terdiam?
Siapakah dirimu ini?
Mengapa kau menghampiriku?
Dan mengapa kau terdiam?
Dia tersenyum dan menjawab.
Kau tak perlu mengetahui diriku.
Sebab aku mengasihimu.
Sebab aku tak ingin mengganggumu.
Kau tak perlu mengetahui diriku.
Sebab aku mengasihimu.
Sebab aku tak ingin mengganggumu.
Rupanya aku tidak sendirian.
Sebab dia telah menghampiriku.
Kutanyakan lagi kepadanya.
Siapakah aku yang kauhampiri?
Sebab dia telah menghampiriku.
Kutanyakan lagi kepadanya.
Siapakah aku yang kauhampiri?
Diapun tampak berpikir.
Tak lama, dia menjawab.
Aku tidak tahu siapa dirimu.
Aku hanya ingin menemanimu.
Tak lama, dia menjawab.
Aku tidak tahu siapa dirimu.
Aku hanya ingin menemanimu.
Perkataannya membuatku tersenyum.
Kuharap dia selalu disampingku.
Menemaniku kala kesepian.
Namun, dia tak selalu disampingku.
Menemaniku kala kesepian.
Namun, dia tak selalu disampingku.
Berkatalah dia kepadaku.
Mengapa kau bersedih?
Apakah karena diriku?
Karena aku tak selalu ada?
Apakah karena diriku?
Karena aku tak selalu ada?
Terkejutlah diriku mendengarnya.
Mengapa kau tahu kesedihanku?
Padahal aku tak memperlihatkannya.
Siapakah dirimu ini?
Padahal aku tak memperlihatkannya.
Siapakah dirimu ini?
Katanya lagi kepadaku.
Ya, sebab kau sang penyendiri.
Dan kau selalu sendiri.
Kusadari kau butuh ditemani.
Dan kau selalu sendiri.
Kusadari kau butuh ditemani.
Kata-kata yang terdengar.
Membuatku merasa damai.
Dia berkata lagi kepadaku.
Aku selalu ada untukmu.
Dia berkata lagi kepadaku.
Aku selalu ada untukmu.
Bila kau merindukanku.
Hampiri, aku akan menyambutmu.
Aku tak pernah meninggalkanmu.
Sebab aku tak ingin kau bersedih.
Hampiri, aku akan menyambutmu.
Aku tak pernah meninggalkanmu.
Sebab aku tak ingin kau bersedih.
(Percayalah, kau ini sahabatku.),
Syzao
Syzao
No comments:
Post a Comment